"Tanpa
puisi, hidup bisa jadi sebuah kesalahan," aku mengatakannya begitu saja
kepadamu. Anak-anak sudah berangkat ke sekolah. Aku duduk di meja besar
dengan tumpukan kertas menggunung di atasnya. Secangkir kopi yang kau
seduh pagi tadi telah dijoki. Kamu duduk di depanku, di samping jendela
dimana semburat mentari menerobos dari balik dedaunan di kebun belakang.
Sesekali kamu menyembulkan muka dari balik kanvas. Aku menulis puisi
untukmu, dan kamu melukis untukku. "Tanpa lukisan, hidup pastinya
membosankan," balasmu. Aku menatapmu. "Dan tanpamu, hidup adalah
kematian." Kamu tersipu. Duh Gusti...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar