Kamu
seperti pengantin kesunyian, Nun. Tapi aku tak bisa mengejamu
diam-diam. Hari sudah malam, dan bacaanku harus dikeraskan. Kita masih
punya kesempatan, sampai rakaat terakhir dipungkasi salam. Kamu hanya
perlu mengaminiku. Mari kelak kita akhiri ini dengan tadarus bersama,
seperti pernah kita lakukan pada Ramadhan tahun itu. Kita saling
membacakan ayat-ayat cinta yang sublim dan mendalam. Malaikat juga tahu,
aku sedang memanjangkan rakaat terakhir ini, untukmu. Segeralah masbuk,
Nun.
Yogyakarta, 4 Juli 2014
sangat menyentuh, sangat mendalam... perlu tafakkur untuk membuatnya.
BalasHapusreligius yang romantis....