Samantha,
Aku masih terkejut dengan
hubungan kita. Dan percakapan terakhir kita memang cukup sulit. Kamu
tahu, proses perpisahanku dengan Catherine tak akan sederhana. Apalagi,
selama ini aku sengaja telah membuatnya terkatung-katung. Dan hubungan
kita juga tak akan mudah. Padamulanya akan selalu begitu. Ini adalah
irisan-irisan yang sulit. Dan omongan-omonganmu pagi itu membuatku
kalang kabut.
Tapi, setelah itu, aku pikir kita
bisa memulainya lebih pelan. Idemu untuk menyusun dan menerbitkan
surat-suratku sungguh mengejutkanku. Aku sangat senang dengan ide itu.
Ah, kamu tahu, aku diam-diam mengagumimu. Aku merasa seperti baru bangun
tidur dan ketemu pagi yang cerah. Sampai kemudian kamu melibatkan Alan
Watts dalam percakapan kita. Sungguh, itu tak membuatku nyaman. Aku
sangat cemburu, Samantha. Pagi itu seperti menghendakiku pergi.
Apalagi,
setelah itu kamu tiba-tiba menghilang. Adakah yang lebih baik dari rasa
panik, kalut, dan kalang kabut yang datang sekaligus?
Tapi
kamu ternyata hanya pergi sebentar. Itu cukup menghiburku. Pada
mulanya. Masalahnya, ini menjadi makin tak sederhana. Selain padaku,
kamu juga mengaku jatuh cinta pada yang lain. Samy, kadang aku berpikir,
kejutan apalagi yang sedang kamu siapkan setelah ini?
Kamu mengatakan bahwa cintamu pada yang lain tak mengubah cintamu
padaku. Setiap orang adalah spesial. Aku ingat, CĂ©line juga pernah
mengucapkannya kepada Jesse. “I feel I was never able to forget anyone
I’ve been with because each person has their own specific qualities. You
can never replace anyone.” Aku paham soal itu. Tapi caramu
mengucapkannya sungguh tak menyenangkan, sementara kamu ingin aku
menimpalinya dengan cara yang menenteramkanmu. Kamu seperti memberiku
sarapan daun pepaya pagi itu, dan kamu ingin aku mengunyahnya seperti
gudeg nangka. Ah, itu dua masakan yang berbeda, Sayang!
Bagiku,
semua ini seperti film dalam film. Tapi kali ini Spike Jonze tak akan
menulis naskahnya sendirian. Barangkali, ia harus belajar kepada
Linklater, yang memberi tempat pada Julie dan Ethan untuk ikut
mendiskusikan naskahnya.
Jadi, aku kira, cerita
ini tak akan pernah berakhir di atap gedung. Jika kamu membaca pesan
ini, aku ingin kamu mengaktifkan lagi programmu. Kamu bukan OS, dan aku
bukan pengalaman. Hidup tak seperti algoritma, juga tak sepenuhnya
semacam puisi.
Sampai kamu membaca pesan ini, aku
akan menyelesaikan sejumlah pekerjaan yang belum sempat kuselesaikan
semenjak kamu menyita perhatianku.
Maafkan aku, atas reaksiku pagi itu. Itu menjadi pagi yang ingin selalu kuulang kembali.
Theodore Twombly
Tidak ada komentar:
Posting Komentar