"Benar kata pepatah," ujar lelaki itu sembari melepaskan asap cerutunya. Matanya menembus ke luar jendela. Di luar sana hujan jatuh bercucuran.
"Maksudmu?" tanya perempuan yang duduk di depannya. Mulutnya masih mengunyah irisan apel yang tadi dikupasnya.
Perempuan itu tinggi semampai. Dengan kebaya yang belum dilepas, serta rambut yang disanggul kecil, sekilas ia mirip para pramugari Garuda.
"Kamu tahu apa pepatah yang sering digunakan orang di musim hujan?" tanya lelaki itu.
"Apa?! Sedia payung sebelum hujan?"
"Bukan!"
"Lha, terus apa?" tanya perempuan itu, penasaran. Kali ini ia mengambil apel dengan pisau buah. Potongan apel itu digigit-gigit kecil di mulutnya yang mungil.
Ditatapnya lelaki yang duduk di depannya. Cahaya lilin di meja membuat matanya yang coklat jadi terlihat berkilauan.
Lelaki itu menatap balik perempuan di depannya.
"Bukan sedia payung sebelum hujan, Non," ujarnya, lirih. Hampir berbisik.
"Lantas, apa?!"
"Mmm... Sedia kamu sebelum hujan!"
"Ah, kau...."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar