Senin, 06 Maret 2023

#NUNPOEM 30























Aku sudah mundur berkali-kali, tapi entah kenapa selalu saja rindu untuk kembali... #nunpoem

Karawang, 4 Maret 2020 

#NUNPOEM 29























"Sendirian, aku dan engkau adalah buku yang kesepian. Bersamamu, kita bisa menjadi perpustakaan." #nunpoem

Senayan, 17 Maret 2019

#NUNPOEM 28























Orang-orang lalu lalang. Sebagian berjalan pulang. Sebagian pergi melanglang. Aku terduduk di sini menunggu terbang, Nun. Di pinggir pot bunga krisan. Tempat terakhir kita berpelukan. #nunpoem

Garuda Executive Lounge, Yogyakarta, 29 Mei 2018


PERTEMUAN

 

























mengapa begitu lama aku menemukanmu
teronggok sendirian di pojok berdebu
harusnya aku tau sejak dulu
kalau kau tak sejauh itu

aku sudah lelah mencarimu
jadi tak perlu lagi basa-basi itu

malam ini, maukah kau mampir ke kamarku
untuk menikmati secangkir kopi dan penyesalan
tentang mengapa kita begitu lama dipertemukan

Old Town, Jenewa, 25 Oktober 2016; 16.50

BUSA


"Kenapa kamu tak pernah beranjak?"

Perempuan itu bertanya sembari mencuci piring bekas makan malam.

"Apa yang pernah terjadi sebenarnya bisa membuatmu berada di tempat yang jauh, kini."

Ia berhenti sejenak, lalu menatap lelaki yang duduk di meja makan.

"Aku ingin memperjuangkanmu," ujar si lelaki, sembari membawa bekas gelas minumnya, menghampiri perempuan semampai berkaos putih itu.

"Kenapa kamu masih memperjuangkanku?"

Perempuan itu terus mencuci.

"Karena kamu adalah perempuan yang layak diperjuangkan," ujar si lelaki. Dia mengambil spons, lalu mencuci gelasnya sendiri.

Perempuan itu menatap lelaki yang kini berdiri di sampingnya. Masih dengan busa yang menggelembung di tangannya, ia mencubit lelaki itu. Tak ada suara. Hanya keran air yang menyala. #nunpoem

Sanur, 18 Juni 2014

BEDAK-BEDAK MAHAL



















"Sebenarnya kamu lebih suka aku berdandan, atau tampil apa adanya?" tanya perempuan itu, sembari merapikan bulu matanya.


Lelaki itu, yang duduk di tepi jendela, menurunkan koran yang sedang dibacanya. Dahinya sedikit mengernyit.

"Kamu ingin jawaban jujur, atau jawaban yang menyenangkan?!" ia balik bertanya.

"Jawaban jujur," ujar perempuan itu.

"Oh, kalau jawaban jujur, aku tentu lebih suka saat kamu sedang tidak memakai apa-apa," jawab lelaki itu.

Perempuan itu melemparkan pensil alis ke arah lelaki itu.

"Kamu tuh," ujarnya, sembari terkekeh. "Ayolah, aku ingin mendengar pendapatmu," rajuknya kemudian.

Lelaki itu menarik nafas sebentar.

"Kamu tahu, terlalu cantik kadang tidak bagus untuk perempuan."

"Kenapa begitu?"

"Karena terlalu cantik bisa menghambat perkembangan, atau menutupi hal-hal menarik lainnya yang bisa dimiliki seorang perempuan," ujar si lelaki, sembari mendekati perempuan itu.

"Misalnya?"

"Misalnya selera humor. Bedak-bedak mahal itu jelas telah membuat selera humormu jatuh merosot," kata lelaki itu, sembari memeluk perempuannya.

"Oya?!"

"Ya! Padahal, aku lebih suka melihat gaunmu yang merosot."

Perempuan itu menyikutkan lengannya. Si lelaki pura-pura mengaduh. #nunpoem

Karawang, 16 September 2021

MENUA

 





































"Kau kini terlihat tua," ujar perempuan itu.
"Maka beruntunglah aku."
"Kok beruntung?"
"Sebab, aku memang ingin menua bersamamu."
"Ah, kau..." #nunpoem

Mandaya Hospital, 6 Agustus 2021