Rabu, 07 Mei 2014

/9/ POESIKU





/9/ Cintanya kepada perempuan itu demikian indah, tapi juga melelahkan. Mungkin, karena sejak pertama kali ia memanggil perempuan itu sebagai “Perempuanku”, ia telah menempatkan perempuan itu tidak lagi mewakili sejenis kelamin yang berbeda dengannya, melainkan sebagai sebuah nilai. Dia adalah perempuan bukan karena dirinya perempuan, melainkan seorang perempuan yang mampu menghadirkan tekanan tertentu pada keperempuanannya dan terutama kepada diri lelaki itu. Persoalannya, setiap hal yang melibatkan nilai selalu saja akan menjadi sesuatu yang rumit. Dan itu melelahkan.

Cinta, bagi lelaki itu, bukanlah hasrat tentang bersetubuh, melainkan keinginan untuk berbagi tempat tidur. Setiap lelaki bisa memiliki hasrat kepada semua perempuan, dalam horison tanpa tapal batas, namun mereka hanya ingin berbagi tempat tidur untuk seorang perempuan saja. Perempuan itu, bagi lelaki itu, tak lain adalah “Perempuanku”.

Hal yang membuatnya bertahan dengan cinta yang melelahkan itu adalah kenyataan bahwa setiap orang pada akhirnya harus bijaksana terhadap ketidakpastian. Seperti halnya lukisan, hidup kadang menjadi indah karena kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat. Sungguh, tak ada yang lebih misterius dari “indah karena kesalahan”. Sejak itu, dia belajar untuk tak lagi membuat kalkulasi-kalkulasi yang muluk untuk hidupnya. Ia ingin mencintai kerumitan cintanya kepada perempuan itu dengan sederhana. #poesiku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar