/1/
ke laut,
lalu aku menonton takdir, chairil, asrul,
dan goenawan telanjang bulat
memperlihatkan aurat mereka
bagiku, laut bukanlah puisi yang telah-sudah
ataupun belum-lagi
laut adalah kehadiran,
dia ada di sini,
sebentuk pertemuan yang lampau dan jelang
/2/
aku membacamu, sebagai puisi yang tak berkesudahan
seperti laut yang dibayangkan takdir
seperti pantai yang ditulis goenawan
meski waktu bukan kubus
dan ufuk bukan entah
aku membacamu, sebagai puisi yang tak berkesudahan
/3/
di laut, aku melihat dermaga tambatan pulang
ini bukan pelayaran zonder kembali
karena, seperti dongeng santiago
harta karun selalu berada di bawah pohon sikamor
ke laut,
lalu aku menonton takdir, chairil, asrul,
dan goenawan telanjang bulat
memperlihatkan aurat mereka
bagiku, laut bukanlah puisi yang telah-sudah
ataupun belum-lagi
laut adalah kehadiran,
dia ada di sini,
sebentuk pertemuan yang lampau dan jelang
/2/
aku membacamu, sebagai puisi yang tak berkesudahan
seperti laut yang dibayangkan takdir
seperti pantai yang ditulis goenawan
meski waktu bukan kubus
dan ufuk bukan entah
aku membacamu, sebagai puisi yang tak berkesudahan
/3/
di laut, aku melihat dermaga tambatan pulang
ini bukan pelayaran zonder kembali
karena, seperti dongeng santiago
harta karun selalu berada di bawah pohon sikamor
Lembah Babarsari, 15 April 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar