Minggu, 04 Mei 2014

WUDHU


memungut kembali ingatan. kita sama-sama bersujud di masjid itu. masih kuingat, aku mabuk pada air wudhu yang menggantung di dagumu. sayang, waktu hanya sepelemparan batu. pada rak-rak itu, masih kuingat bunyi telponmu. aku menoleh. tapi kakiku masih diikat masa lalu... /1/


aku menemukanmu senja itu, di antara rak-rak buku yang berdebu. aku lapar, katamu. ditemani secangkir kopi, akupun menemanimu makan di pojokan itu. ah, menatapmu yang lahap, perasaanku jadi kenyang.

ketika malam jatuh, kamu mengajakku ke musala kecil di bawah tangga. masih kuingat, aku mabuk pada air wudhu yang menggantung di dagumu. ternyata, makan malam itu menjadi sahur bagi sebuah puasa abadi... /2/

kita berbagi sajadah lusuh untuk sebuah jamaah yang selalu membuatku rapuh. setiap ayat yang kueja, kunikmati bak puisi, yang kudeklamasikan untukmu. ah, masih kuingat, aku mabuk pada air wudhu yang menggantung di dagumu, hari itu. dan itu menjadi pembacaan puisi terakhirku... /3/


Yogyakarta, September 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar