Minggu, 04 Mei 2014

JENGKEL





aku meminta roman
Kau memberi kehidupan
aku meminta kekasih
Kau memberi isteri
terserah Kau sajalah

yogya, 22 mei 2008 18.00 WIB

PROSA & PUISI





aku kata, kamu bunyi
aku prosa, kamu puisi
aku bilang, kamu nyanyi
aku gerak, kamu tari
aku diam, kamu sunyi
aku rupa, kamu seni
lalu, aku cinta, kamu pergi
sebal aku

yogya, 22 mei 2008 06.12 WIB

WUDHU


memungut kembali ingatan. kita sama-sama bersujud di masjid itu. masih kuingat, aku mabuk pada air wudhu yang menggantung di dagumu. sayang, waktu hanya sepelemparan batu. pada rak-rak itu, masih kuingat bunyi telponmu. aku menoleh. tapi kakiku masih diikat masa lalu... /1/


aku menemukanmu senja itu, di antara rak-rak buku yang berdebu. aku lapar, katamu. ditemani secangkir kopi, akupun menemanimu makan di pojokan itu. ah, menatapmu yang lahap, perasaanku jadi kenyang.

ketika malam jatuh, kamu mengajakku ke musala kecil di bawah tangga. masih kuingat, aku mabuk pada air wudhu yang menggantung di dagumu. ternyata, makan malam itu menjadi sahur bagi sebuah puasa abadi... /2/

kita berbagi sajadah lusuh untuk sebuah jamaah yang selalu membuatku rapuh. setiap ayat yang kueja, kunikmati bak puisi, yang kudeklamasikan untukmu. ah, masih kuingat, aku mabuk pada air wudhu yang menggantung di dagumu, hari itu. dan itu menjadi pembacaan puisi terakhirku... /3/


Yogyakarta, September 2007

WANAGALIH, SUATU KETIKA


Surau itu tegak menghadap sungai. Temboknya berkapur putih dengan lantai karpet. Tiga puluh tahun lalu ia masih cukup banyak dikunjungi anak-anak dan muda-mudi. Mereka menjadikannya tempat berkumpul tiap sore. Kampung itu memang tak begitu besar. Jalan-jalannya masih belum dikeraskan. Pada hari raya, kalau tak hujan, semua anak-anak dan muda-mudi, termasuk dari kampung sebelah, berkumpul di surau. Mereka bergembira. Anak laki-laki itu termasuk yang paling gembira jika hari raya tiba. Bukan karena puasanya tamat, tapi dia akan bisa banyak bercakap dengan gadis pujaannya hari itu, di teras rumahnya yang berpunggungan dengan surau. Dia akan disuguhi banyak kue-kue olehnya, lebih dari teman-temannya yang lain, dan mereka akan saling bercerita sampai larut. Bukan kue-kue itu yang menyenangkannya, tapi percakapan itu yang membuatnya bertenaga. "Aku menyebut namamu, kamu menyebut namaku," begitu janji keduanya waktu itu.

KEGILAAN


Sedikit kegilaan akan membuat hidup kita jadi lebih berwarna, tak lagi hitam putih sebagaimana didefinisikan akal sehat yang penuh perhitungan dan kategori. Hidup dalam kenyataannya memang tak selalu bisa dipandu akal sehat. Sesekali, biarkan alam memandu hidup kita. Dan selebihnya, biarkan Tuhan ikut campur dalam caranya yang muskil.

EUPHORBIA



Euphorbia itu telah mati, pada musim kering tiga tahun lalu. Seeokor kucing telah menjatuhkan potnya malam itu. Kubiarkan ia mengering, melapuk, dan tergerus di halaman. Aku takut terlihat terlalu mencintainya. Durinya, yang sering melukai tanganku, menjadi saksi kalau aku tak pernah membencinya. 

‪Yogya, 30 Maret 2014

RETAK


"I feel I was never able to forget anyone I've been with because each person has their own specific qualities. You can never replace anyone. What is lost is lost. Each relationship, when it ends, really damages me. I haven't fully recovered. That's why I'm very careful with getting involved, because... it hurts too much!" Itu penggalan percakapan dari sebuah film paling brengsek yang sulit dilupakannya. Jika mendengarnya di film, orang paling akan merogoh lebih dalam kantong popcorn, atau menyedot lebih kuat cangkir minuman ringan. Tapi jika seseorang mengatakannya kepadamu dalam kehidupan nyata, yang paling mungkin dilakukan adalah menarik nafas dalam-dalam atau melempar asbak keluar jendela.