Minggu, 04 Mei 2014
/8/ POESIKU
/8/ “Apa yang akan kamu lakukan, jika suatu saat aku datang kepadamu dengan tubuh telanjang?” tanya perempuan itu menggoda, pada suatu petang yang selalu dikenangkan lelaki itu. Ia menatap perempuannya dalam-dalam. “Aku akan mengainimu dengan kain paling pantas yang kumiliki,” jawabnya yakin. “Cuma itu?” perempuan itu sepertinya tak percaya. “Lalu kita akan mencari penghulu. Setelah itu aku akan memelukmu, dan tak akan pernah melepaskanmu hingga ujung nafasku.” Kali ini si perempuan tersipu. “Kenapa kamu selalu saja naif begitu?” ia terus bertanya. “Tuhan pasti telah menciptakanmu karena suatu alasan. Mungkin aku salah satunya, mungkin juga bukan. Entahlah. Yang jelas, aku tak ingin merenggutmu dengan tanpa permisi dulu kepadaNya.” Senja terus merona merah di ufuk barat. #poesiku
BIMBANG
kasihku diam
rinduku bungkam
cintaku eram
tatapku lamat
dengarku senyap
cakapku rapat
rasa terikat
ungkap tercekat
mimpi menjeruji
tulus menggerus
tekad menghangus
bilang tapi bimbang
ya jangan ya jangan
ya ya ya ya
yaaaaaaa...
yogya, 2 oktober 2004
SENYUM
Senyum adalah perantara bagi semua ambiguitas. Ia bisa
berarti "ya", "tidak", "senang", "susah", "cinta", atau "benci". Tapi,
ia sebenarnya lebih banyak berarti "entah". Mungkin sebaiknya aku mendengarkan Thomas Paine saja, "The real man smiles in trouble, gathers
strength from distress, and grows brave by reflection." Tetaplah tersenyum...
LAUT
/1/
ke laut,
lalu aku menonton takdir, chairil, asrul,
dan goenawan telanjang bulat
memperlihatkan aurat mereka
bagiku, laut bukanlah puisi yang telah-sudah
ataupun belum-lagi
laut adalah kehadiran,
dia ada di sini,
sebentuk pertemuan yang lampau dan jelang
/2/
aku membacamu, sebagai puisi yang tak berkesudahan
seperti laut yang dibayangkan takdir
seperti pantai yang ditulis goenawan
meski waktu bukan kubus
dan ufuk bukan entah
aku membacamu, sebagai puisi yang tak berkesudahan
/3/
di laut, aku melihat dermaga tambatan pulang
ini bukan pelayaran zonder kembali
karena, seperti dongeng santiago
harta karun selalu berada di bawah pohon sikamor
ke laut,
lalu aku menonton takdir, chairil, asrul,
dan goenawan telanjang bulat
memperlihatkan aurat mereka
bagiku, laut bukanlah puisi yang telah-sudah
ataupun belum-lagi
laut adalah kehadiran,
dia ada di sini,
sebentuk pertemuan yang lampau dan jelang
/2/
aku membacamu, sebagai puisi yang tak berkesudahan
seperti laut yang dibayangkan takdir
seperti pantai yang ditulis goenawan
meski waktu bukan kubus
dan ufuk bukan entah
aku membacamu, sebagai puisi yang tak berkesudahan
/3/
di laut, aku melihat dermaga tambatan pulang
ini bukan pelayaran zonder kembali
karena, seperti dongeng santiago
harta karun selalu berada di bawah pohon sikamor
Lembah Babarsari, 15 April 2009
JENGKEL
aku meminta roman
Kau memberi kehidupan
aku meminta kekasih
Kau memberi isteri
terserah Kau sajalah
yogya, 22 mei 2008 18.00 WIB
PROSA & PUISI
aku kata, kamu bunyi
aku prosa, kamu puisi
aku bilang, kamu nyanyi
aku gerak, kamu tari
aku diam, kamu sunyi
aku rupa, kamu seni
lalu, aku cinta, kamu pergi
sebal aku
yogya, 22 mei 2008 06.12 WIB
WUDHU
memungut kembali ingatan. kita sama-sama bersujud di masjid itu. masih kuingat, aku mabuk pada air wudhu yang menggantung di dagumu. sayang, waktu hanya sepelemparan batu. pada rak-rak itu, masih kuingat bunyi telponmu. aku menoleh. tapi kakiku masih diikat masa lalu... /1/
aku menemukanmu senja itu, di antara rak-rak buku yang berdebu. aku lapar, katamu. ditemani secangkir kopi, akupun menemanimu makan di pojokan itu. ah, menatapmu yang lahap, perasaanku jadi kenyang.
ketika malam jatuh, kamu mengajakku ke musala kecil di bawah tangga. masih kuingat, aku mabuk pada air wudhu yang menggantung di dagumu. ternyata, makan malam itu menjadi sahur bagi sebuah puasa abadi... /2/
kita berbagi sajadah lusuh untuk sebuah jamaah yang selalu membuatku rapuh. setiap ayat yang kueja, kunikmati bak puisi, yang kudeklamasikan untukmu. ah, masih kuingat, aku mabuk pada air wudhu yang menggantung di dagumu, hari itu. dan itu menjadi pembacaan puisi terakhirku... /3/
Yogyakarta, September 2007
Langganan:
Postingan (Atom)