Kamis, 08 Mei 2014

MIMPI


When we dream alone
It just a dream
When we dream together
It is the dawn of reality

Karel kembali dicekik mimpi itu. Marketa. Sudah berkali-kali mimpi itu berulang. Marketa pergi naik mobil meninggalkannya. Tapi dia terus saja menengok ke arahnya, yang hanya bisa berdiri mematung di tepi jalan. Matanya seperti menyemprotkan sinar berat. Dan Karel harus berpikir berkali-kali untuk memberi simpulan. Ketika dia harus berpikir, maka dia akan terbangun. Dan mimpi itu selalu sampai di sana.

Karel ingin menceritakan mimpi itu pada Marketa. Tapi kini mereka telah berjauhan. Marketa tinggal di kota lain. Dan dia tinggal di kota yang lain lagi. Kesungkanan lebih besar dari kepenasaran Karel. Mimpi itupun terus dipendamnya.

Ketika mereka bertemu di sebuah terminal yang asing, saat ia akan pindah ke kota lain dan Marketa juga pindah ke kota lain lagi, kesungkanan itu agak cair. Keterdesakan membuat Karel jadi berani. Karel memberanikan diri menceritakan mimpinya, meski dia pikir Marketa akan menertawakannya. Ia berpikir Marketa telah hidup dengan lelaki lain dan melupakannya. Dan Marketa memang tertawa, tapi bukan menertawakannya. Dia tidak pernah hidup dengan lelaki lain. Mimpi Karel juga persis dengan mimpinya. Mendengar itu Karel tergelak. Ia teringat nyanyian samba itu. It is the dawn of reality!

"Aku sayang kamu Marketa," bisik Karel.

Rabu, 07 Mei 2014

ANDAI IA TAHU



Rio dan Renatha bertemu di lift yang macet. Kenalan. Berpisah. Dan mereka tidak pernah saling memikirkan, kecuali Renatha. 

Rio sudah tunangan. Produser televisi itu terlalu mapan untuk berpikir macam-macam. Sampai ketika Rio bertemu dengan lelaki berkorek api. Lelaki itu mendongenginya sebuah kisah. Masa lalunya. Lalu menghadiahinya korek api. Dan Rio tiba-tiba tergila-gila pada intuisinya akan Renatha.

Intuisi. Coelho menulis bahwa tak perlu ada alasan untuk mencintai seseorang. Seseorang dicintai karena ia dicintai, tak perlu ada alasan untuk mencintai. Ketika Rio berterus terang pada tunangannya, ia dihadiahi sebuah tamparan. Avonturismenya telah menyinggung perasaan tunangannya. Lalu Rio memilih mengejar Renatha. Tidak demi masa depannya.

Masa depan, seperti dipercaya Milan Kundera, adalah kehampaan apatis dari kepentingan bukan siapa-siapa. Sedangkan masa lalu penuh dengan kehidupan yang selalu mengganggu, menggusarkan dan menghina kita, membujuk kita untuk menghancurkan atau memolesnya kembali. Rio memilih yang kedua. Ia ingin memoles masa lalunya dengan Renatha. Kendati masa lalu itu sekadar pertemuan kecil dalam lift yang macet.

Tak pernah ada orang kehilangan masa depan, mereka hanya kehilangan masa lalunya.

/9/ POESIKU





/9/ Cintanya kepada perempuan itu demikian indah, tapi juga melelahkan. Mungkin, karena sejak pertama kali ia memanggil perempuan itu sebagai “Perempuanku”, ia telah menempatkan perempuan itu tidak lagi mewakili sejenis kelamin yang berbeda dengannya, melainkan sebagai sebuah nilai. Dia adalah perempuan bukan karena dirinya perempuan, melainkan seorang perempuan yang mampu menghadirkan tekanan tertentu pada keperempuanannya dan terutama kepada diri lelaki itu. Persoalannya, setiap hal yang melibatkan nilai selalu saja akan menjadi sesuatu yang rumit. Dan itu melelahkan.

Cinta, bagi lelaki itu, bukanlah hasrat tentang bersetubuh, melainkan keinginan untuk berbagi tempat tidur. Setiap lelaki bisa memiliki hasrat kepada semua perempuan, dalam horison tanpa tapal batas, namun mereka hanya ingin berbagi tempat tidur untuk seorang perempuan saja. Perempuan itu, bagi lelaki itu, tak lain adalah “Perempuanku”.

Hal yang membuatnya bertahan dengan cinta yang melelahkan itu adalah kenyataan bahwa setiap orang pada akhirnya harus bijaksana terhadap ketidakpastian. Seperti halnya lukisan, hidup kadang menjadi indah karena kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat. Sungguh, tak ada yang lebih misterius dari “indah karena kesalahan”. Sejak itu, dia belajar untuk tak lagi membuat kalkulasi-kalkulasi yang muluk untuk hidupnya. Ia ingin mencintai kerumitan cintanya kepada perempuan itu dengan sederhana. #poesiku

Minggu, 04 Mei 2014

/8/ POESIKU


/8/ “Apa yang akan kamu lakukan, jika suatu saat aku datang kepadamu dengan tubuh telanjang?” tanya perempuan itu menggoda, pada suatu petang yang selalu dikenangkan lelaki itu. Ia menatap perempuannya dalam-dalam. “Aku akan mengainimu dengan kain paling pantas yang kumiliki,” jawabnya yakin. “Cuma itu?” perempuan itu sepertinya tak percaya. “Lalu kita akan mencari penghulu. Setelah itu aku akan memelukmu, dan tak akan pernah melepaskanmu hingga ujung nafasku.” Kali ini si perempuan tersipu. “Kenapa kamu selalu saja naif begitu?” ia terus bertanya. “Tuhan pasti telah menciptakanmu karena suatu alasan. Mungkin aku salah satunya, mungkin juga bukan. Entahlah. Yang jelas, aku tak ingin merenggutmu dengan tanpa permisi dulu kepadaNya.” Senja terus merona merah di ufuk barat. #poesiku

BIMBANG



kasihku diam
rinduku bungkam
cintaku eram

tatapku lamat
dengarku senyap
cakapku rapat

rasa terikat
ungkap tercekat

mimpi menjeruji
tulus menggerus
tekad menghangus

bilang tapi bimbang
ya jangan ya jangan
ya ya ya ya
yaaaaaaa...


yogya, 2 oktober 2004

SENYUM

 
Senyum adalah perantara bagi semua ambiguitas. Ia bisa berarti "ya", "tidak", "senang", "susah", "cinta", atau "benci". Tapi, ia sebenarnya lebih banyak berarti "entah". Mungkin sebaiknya aku mendengarkan Thomas Paine saja, "The real man smiles in trouble, gathers strength from distress, and grows brave by reflection." Tetaplah tersenyum...

LAUT





/1/
ke laut,
lalu aku menonton takdir, chairil, asrul,
dan goenawan telanjang bulat
memperlihatkan aurat mereka

bagiku, laut bukanlah puisi yang telah-sudah
ataupun belum-lagi
laut adalah kehadiran,
dia ada di sini,
sebentuk pertemuan yang lampau dan jelang

/2/
aku membacamu, sebagai puisi yang tak berkesudahan
seperti laut yang dibayangkan takdir
seperti pantai yang ditulis goenawan

meski waktu bukan kubus
dan ufuk bukan entah
aku membacamu, sebagai puisi yang tak berkesudahan

/3/
di laut, aku melihat dermaga tambatan pulang
ini bukan pelayaran zonder kembali
karena, seperti dongeng santiago
harta karun selalu berada di bawah pohon sikamor


Lembah Babarsari, 15 April 2009